Sabtu, 04 November 2017

P untuk Puisi


Diruang persegi ini, dan kaca yang sudah pecah merengek meminta penyatuan abadi, 
Bersama mereka yang datang dan pergi, pulang dan kembali kepada illahi.
Aku ingin diam selamanya tapi tetap hidup,
Ketika mereka hanya bilang "ini tantangan bagi lelaki",
Dan aku katakan bahwa “inilah inspirasi bagi perempuan”.
Mengapa harus bersaing ? Dan maju diantara desakan atas nama pembelaan.
Vonis sudah berlaku, jauh sebelum aku mengenal apa itu ….(titik-titik)
Suatu saat aku akan menyesal,
Menyesal karena telah menyesal menjadi bagian dari apa yang pernah diucapkan oleh ramalan-ramalan sinting yang sudah kadaluarsa.
 Sebab aku tahu, ada yang lebih menderita.
  Aku kapas busuk yang sudah lapuk bersama tanah.
 Tetapi aku siap untuk esok kembali menantang kenyataan
Meruntuhkan tembok ketidakmungkinan.
Rumah bagi misandry adalah kesepian. Semoga lekas sembuh.


Yk, 2016



Kepada para wanita aku berpesan,
Hendaklah menilai, menilik, dan memperbaharui hidup ini
Tentang siapa yang menggandeng lengan atau mengayun kaki bersama
Perlu dipertanyakan kejelasan, yah itu dia kejelasan .
Apa maksud anda semua ini kepada ku ?
Apa hanya untuk bermain semata
Kalau lah kita ber visi misi hidup sebanding, berjalanlah disamping ku
Kalau lah hanya untuk berdikte bersama, untuk habiskan waktu yang tersia-sia itu
Tunggu saja aku di belakang pintu.
Biarkan diriku berfokus pada terdidik, pada masa yang dinikmati
Tanpa aku mengenalmu siapa, siapa sebenarnya kau
Apa seperti yang diceritakan orang-orang
Atau seperti apa yang selama ini ku curigakan
Dan jawab itu dengan jelas,
Kekasihku


Yk, 2016



Aku menari pada ritme senar gitar
Memaafkan sang laki-laki karena keraguan
Aku adalah perempuan
Uterus yang rakus, monster jalang, binatang sialan
Ia tidak pernah merasa puas !
Ia lebih kuat, tak tertandingi,
dan lebih lapar dibanding kita dalam hal perjuangan
Perempuaan-perempuan bersaksi
tidak peduli apakah ia bahagia atau tertekan
Merasa korban alam semesta atau penakluk pejantan
Kenyataan pada dua tubuh yang terpisah
Kami Srikandi yang dibebaskan

Konon perempuan yang dikatakan indah itu malah dieksploitasi
Dibalik nada pembelaan emansipasi
Ketimpangan kian menjadi-jadi
Setapak perempuan keluar pagar
Ia dihujani celaan
Tradisi yang semakin membelenggu
Wejangan berulang-ulang
Mustahil
Berharap tepukan dipunggung sebagai pengemudi kehidupan
Mengapa perempuan tidak memimpikan kekuasan ?


Yk, 2017

0 komentar:

Posting Komentar