Kamis, 21 Desember 2017

MANAGING CHANGE ; HOW WE BECOME A LIBRARIANS ?


WHY I STILL LOVE THE WORDS LIBRARY & LIBRARIAN ???
AND WHY WE NEED TO REDEFINE THEM ???

Perpustakaan adalah tanda peradaban geologis yang harmonis. Gedung yang menimbulkan kesan amat kuat tentang betapa tingginya peradaban manusia dibidang tulis-menulis dan pengetahuan. Ribuan karya tercipta menuliskan dirinya dan tersimpan di gedung yang bernama perpustakaan. Meski hanya ada 26 huruf dizaman ini, Mereka bisa memenuhi perpustakaan. Buku, demikian besar pengaruhnya dalam menentukan arah dan kebesaran sebuah peradaban kini dan yang akan datang. Itulah buku, benda yang memiliki andil begitu hebat dalam melahirkan peradaban-peradaban besar, semua menyadari bahwa buku bukan sekedar memberikan kita segudang pengetahuan atau sekadar memuaskan dahaga intelektual. Namun, buku memiliki peran dalam membentuk cara berpikir, bertutur, serta berbuat. Disinilah seharusnya mahasiswa bisa mengambil peran penting, yang mengisyaratkan bahwa mahasiswa mampu mengubah kehidupan bangsa ini. Betapa tidak, ekspetasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar sebagai agent of social change yang melekat pada jati diri seorang akademisi. 

Mahasiswa yang sesungguhnya adalah mahasiswa yang tidak sekadar memikirkan kepentingan akademis semata, jauh tersirat dalam benaknya tentang arti dan kualitas hidupnya sebagai pribadi yang mampu mengabdikan diri terhadap masyarakat. Suatu keadaan yang sangat menyedihkan terhadap rendahnya minat baca dan pendidikan di Indonesia hendaknya menjadi perhatian mahasiswa, salah satu tipe mahasiswa yang paling dekat dengan rujukan pengetahuan yaitu Mahasiswa Ilmu Perpustakaan.

Pada bulan Oktober 2017, Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga diberikan amanat dalam merealisasikan apa yang telah dipelajari nya selama ini di bangku kuliah. Bapak Pustakawan Indonesia, Blasius Sudarsono dalam talk show pada tanggal 5 Desember 2017 menyampaikan bahwa sebuah praktek berasal dari teori, memaknai dunia akhirat seorang pustakawan adalah dengan prinsip spirit of doing something untuk menciptakan information society yang menyeluruh, sebab pustakawan adalah panggilan hidup untuk menjadi manusia paripurna dan bahagia.

Dengan kehadiran Mahasiswa Ilmu Perpustakaan yang tersebar ke perpustakaan, yang belum di kelola dengan baik khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, diharapkan mampu memberikan bakti kepada perpustakaan yang di kelola sedemikian rupa demi menunjukan eksistensi lahir batin sebuah perpustakaan beserta fungsionalnya selama ini. Mulanya perpustakaan hanya sekumpulan rak yang berisi buku, bahkan hanya sekadar tatanan buku yang diam tanpa memiliki daya tarik, jumlah buku tanpa diketahui, serta pemanfaatan dan perkembangan yang tertinggal oleh zaman yang semakin modern. Tak jarang terlihat agak menakutkan, dingin, bahkan berantakan. Padahal banyak masyarakat yang tidak berkeberatan duduk disana berlama-lama dari yang tua renta hingga pemuda dan anak-anak kecil demi mendapat pengetahuan dan pembelajaran sampai hiburan, mulai dari obat-obatan, sejarah, pertanian, bacaan fiksi sampai keagamaan.

Tentu bukan Negara asing yang baru kita dengar, kedua Negara yang sangat sering dibicarakan diberbagai buku atau situs internet. Negara Inggris dengan contoh Negara tua namun terawat, perpustakaannya maju serasa istana klasik nan elegan dan tidak membosankan untuk terus membaca diberbagai bagian gedung perpustakaan itu. Begitu pula Amerika Serikat dengan perpustakaan, bisa diakses dimana saja via internet, gedungnya mirip kantor dan toko buku dengan berbagai desain interior menarik. Tidak mengherankan Negara tersebut menjadi pusat buku-buku modern sumber kajian pustaka para pelajar maupun peneliti dari berbagai belahan dunia dari Negara lain. Menjadi hal yang mungkin Negara Indonesia mampu melampaui Negara Adidaya tersebut.

Dengan kehadiran mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dalam dimensi manajemen strategis untuk mengelola perpustakaan dengan prinsip Kaizen ( Japan : Lebih Baik ) yang di naungi oleh Labibah Zain, M.LIS,. Maha Guru dalam bidang perpustakaan sekaligus inspirator dalam bidang Librarian Science membagi mahasiswa-mahasiswa nya dalam beberapa kelompok untuk menjalankan mandat beliau yang tidak hanya memenuhi syarat tugas kuliah melainkan memberikan feed back bagi kami sebagai mahasiswa Ilmu Perpustakaan baik personal, comunity, maupun society.

Tim Manpus 2 yang terdiri dari Setyo Budi Saptono, Ayu Sri Ratna Yuningsih, Nurhidayah, Nikhla Tazki, Atma Fathurahman, Iga May Zakaria, Restu Windu, Vicky Camila, dan Ummul Maghfirah, memilih Perpustakaan SD Suryodiningratan 2 yang berlokasi di Jl. Pugeran No.21, Suryodiningratan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55141, sebagai perpustakaan yang harus kami benahi baik pengolahan maupun interpretasi kedepannya. Setiap individual dalam Tim Manpus 2 mempunyai tupoksi masing-masing, mulai dari bagian shelving, dokumentasi, input slims, inventaris, penyiangan, serta preservasi dan konservasi diperpustakaan tersebut. 















-- BEFORE --


Perpustakaan yang Tim Manpus 2 kelola sebetulnya mempunyai potensi yang besar sebagai fasilitator sumber pengetahuan apalagi dengan sasaran civitas warga sekolah dasar yang didominasi oleh benih-benih muda anak-anak yang daya nalarnya sedang dikembangkan dan penyerapan pada masa inilah dapat dimaksimalkan. Dengan jumlah koleksi kurang lebih 4000 meliputi berbagai jenis koleksi seperti fiksi, buku mata pelajaran, dan lainnya sangat menunjang untuk kemudian dipertanyakan kebermanfaatnya. Akan tetapi perpustakaan ini belum dikelola dengan baik, Pra dan Pasca hadirnya Tim Manpus 2 dapat terlihat pada dokumentasi yang kami publish melalui blog ini. Koleksi buku yang ada pada perpustakaan SD Suryodiningratan 2 belum memiliki label buku serta data inventaris yang jelas, penunjang lainnya seperti visi misi, lambang dan logo belum nampak jelas diperpustakaan ini. Selain itu, koleksi perpustakaan hanya dipakai sekedar bahan penunjang sehingga pelestarian koleksi belum terlihat. Untuk itulah Tim Mampus 2 memulai kinerja nya dari mulai menata ulang ruang perpustakaan yang bercampur baur dengan berbagai peralatan yang seharusnya ada digudang, melakukan kegiatan untuk mewujudkan perpustakaan yang sebenarnya sebagai information retrieval, serta inventaris dengan baik agar data buku diketahui sehingga statistik kemajuan dalam kehadiran koleksi dapat terdeteksi. 






-- AFTER --

Meski demikian, bukan tanpa kendala kami memulai praktik nyata diperpustakaan sekolah dasar ini. Pada dasarnya kami memberikan loyalitas tanpa menitikberatkan pada pencarian keuntungan, tetapi dalam pengelolaannya harus ditangani secara profesional karena hal ini menyangkut kemajuan perpustakaan itu sendiri. Dalam pengendalian sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan ini yaitu Tim Manpus 2, belum begitu maksimal. Hal ini bukan tanpa sebab, mengingat diluar praktik nyata mengolah perpustakaan, kami juga membagi waktu dengan berbagai kegiatan diluar maupun didalam kampus. Begitupun dengan pihak sekolah sendiri yang setengah-setengah dalam memberikan kepercayaan kepada Tim Manpus ini. Pernah suatu ketika, salah satu tim kami dibagian inventaris dan dokumenatsi ditanyai tanggung jawab nya terkait logo cap dan nomor inventaris yang katanya dipesan jauh hari, padahal sudah jauh hari pula kami memberikan option untuk logo perpustakaan. Kemudian pihak sekolah memodifikasi sendiri logo yang diinginkannya tanpa memperhitungkan logo yang sudah kami buat dengan berbagai pilihan. Sedangkan nomor inventaris yang kami tidak tahu menahu data buku mana yang akan di inventaris, tiba-tiba dimintai nomor inventarisnya saja. Hal ini memang konflik kecil tapi amat membingungkan dan membuat kerja kami terhambat oleh sekelumit emosi ringan, karena setiap individual memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi suatu tugas / pekerjaan, belum lagi ketidaksesuaian sistem kerja masing-masing bagian kadang menimbulkan konflik tersendiri. Efek suatu konflik kecil tidak selalu berdampak negatif apabila dikelola dengan baik. Oleh karena itu, langkah antisipasif terhadap kendala yang kami dihadapi adalah dengan keterbukaan, kesadaran, dan kesabaran.

Memang betul yang dikatakan oleh seorang pemimpin daerah bahwa pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Tim Manpus 2 hanya sebagai mediator yang memberikan perannya sebagai mahasiswa untuk memacu dinamisasi perpustakaan agar berfungsi dan berusaha memfungsikannya. Bahagia yang diperoleh dari Tim Manpus 2 adalah kekeluargaan yang secara harfiah memberikan makna agar tidak dilupakan, bukankah yang berhasil pada saatnya akan terpulang pada bukti ? Mahasiswa yang akan selalu dikenang karena meninggalkan bukti-bukti nyata yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak SD Suryadingratan 2 telah mendukung mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dalam mengelola perpustakaannya, serta kepada Tim Manpus 2 ilmu dan bakti kita tidak akan sia-sia. Nilai-nilai peran kita sungguh diharapkan nantinya agar bisa menjadi pembangkit dan pendorong dimasyarakat.



Salam Pustakawan !!!

2 komentar: