Senin, 05 Juni 2017

Romantika Puisi di Perpustakaan


dipublikasi oleh Sarjana Gedung Kertas
 Ayu Sri Ratna Yuningsih
Mahasiswa Ilmu Perpustakaan
Fak. Adab & Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga



Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 7 Maret 2017 menampilkan sesuatu yang berbeda. Pada kesempatan itu sebuah momentum memberikan warna baru bagi perpustakaan. Perpustakaan sebagai tempat buku dalam rak dan sumber informasi melalui koleksi-koleksi yang ada mempunyai unsur seni dalam penampilannya. Hal itu disebabkan sebuah kegiatan yang di selenggarakan oleh Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang bekerjasama dengan Forum Mari Membaca Puisi Indonesia (MMPI) dalam rangka launching buku puisi Ombak Negeri Legenda karya Aly D Musyrifa. 

Selanjutnya Musikalisasi Puisi yang dibuka oleh penampilan Divisi Musik UKM Teater Eska dan para penyair hebat didalamnya. Puisi tidak hanya dibacakan oleh penyairnya tetapi juga oleh para akademisi yang terdiri dari Pustakawan, Kyai, Dosen, Politisi, dan Sastrawan. Beberapa diantaranya bahkan baru pertama kali membaca puisi. Dengan demikian seni puisi merambat diperpustakaan sebagai wajah baru yang menyenangkan.

Puisi Pertama dibacakan oleh seorang akademisi yang baru pertama kali membaca puisi di depan publik “Tak Ada Tempat Terbaik” oleh Prof. Dr. Syihabuddin Qolyubi setelah penampilan dari seorang akademisi profesional acara baca puisi ini dilanjutkan dengan pembacaan puisi yang tak kalah indah oleh seorang anak muda yang datang jauh-jauh dari Jember, karena dengan ekspresi yang begitu lepas dengan penghayatan bak penyair kelas atas, puisi yang dibawakannya berhasil membius para penonton yang berada disana yaituu "Kalender" oleh Zakky Akhfash Ramadlani dari SD Baitul Amin Jember.

Selanjutnya puisi berjudul "Rumahku" oleh Hj.Sitoresmi Prabuningrat disusul pembacaan selanjutnya puisi berjudul "Sebelum air mata" oleh Dr. Fadhil Yani / Kang Icep yaitu seorang mantan gitaris ESKA Rock Band 1984 yang sekarang mengajar di sebuah Pondok Pesantren Ciamis. Penampilan yang ditunggu-tunggu. Sang Penyair Aly D Musyrifa yang akan membacakan puisinya sendiri dengan diiringi mas Merlis yang sama-sama gondrong sebagai penyair. Pembacaan puisi itu merupakan penampilan terakhir dan sekaligus menjadi penutup acara yang begitu manis.

Dalam merefleksikan sebuah puisi Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Dra. Labibah, M.Lis memberikan apresiasi yang luar biasa. Acara tersebut sangat menggugah para mahasiswa serta para audien yang hadir. Tepuk tangan dan riuh menambah semangat ketertarikan terhadap kegiatan seni pembacaan puisi ini.

Bagi Penikmat sastra atau puisi, kegiatan seni puisi dalam perpustakaan memberikan ruang yang baru. Selama ini perpustakaan yang dianggap monoton atau hanya sebagai tempat yang membosankan mampu merevolusi mindset masyarakat. Menjadikannya sebuah arena yang mampu memberikan ide kreatif dalam menarik minat pemustaka dengan acara tersebut yang kental dengan budaya baca.

Pada hakikatnya penyair adalah pekerjaan yang serius. Menulis puisi pun memerlukan waktu dan intensitas yang kuat. Kalimat itu diakui oleh seorang penyair yang mendapat Nomine Karya Sastra Terbaik dari Balai Bahasa Yogyakarta yaitu Aly D Musyrifa. Kali ini melihat buku kumpulan puisi yang kedua dengan sampulnya berwarna dasar hitam dengan sebuah ilustrasi frame pattern pada sampul sehingga memberi kesan sederhana yang menarik. Sebuah buku yang membuat atau memberikan kesan pertama pembaca yang belum mengenal Aly D Musyrifa bertanya-tanya sosok dengan karyanya yang seperti apa.

Sebelumnya Aly pernah menulis buku kumpulan puisi pertamanya yaitu Burung-Burung di Tiang Duka pada tahun 2013. Pada buku kumpulan puisi itu memberikan inspirasi bagi para penikmat puisi dan penikmat sastra sebagai wujud ekspresi pikiran dan batin seseorang melalui kata-kata yang terpilih dan dapat mewakili berbagai ungkapan makna sehingga menimbulkan tanggapan khusus, keindahan, dan penafsiran beragam. Aly D Musyrifa mampu menghayati ekspresi pikiran dan batinnya sehingga menciptakan hakikat puisi menjadi hidup. Pembaca seperti larut kedalam puisinya yang berisi romantika kehidupan.

Dalam kumpulan puisi terbarunya, Ombak Negeri Legenda ( Halaman Indonesia, 2016) kita mendapati Penyair yang merefleksikan panasnya kehidupan ini secara tidak langsung. Seperti rembulan Ali seakan menghisap panasnya yang menyesakkan dada itu terlebih dahulu kemudian diolah pakai bumbu-bumbu pengalaman kejiwaan yang khas lagi jujur. Selanjutnya dipantulkan ke dalam kehidupan nyata dengan wujud yang redup, tenang, menyejukkan sebagai bentuk kata-kata yang begitu imajinatif dan kreatif.

Pada kata Ombak dan frasa Negeri Legenda, Aly ingin menginformasikan masih saja ada ombak di negeri yang sudah melegenda ini, menjadikan buku kumpulan puisi ini final dari revisi. Kita simak alunan ombak yang melegenda ini kata-katanya : Apalagi yang musti dikatakan ? / Setelah tujuh puluh tahun / dan negeri itu masih senandung murung / Aku tersesat ditengah bangsa yang gaduh / yang sakit dan entah kapan akan sembuh / saling bertikai saling bertarung / seolah Negara adalah harta karun (hal. 64).

Kumpulan puisi yang menjadi bukti bahwa permainan kata-kata Aly termasuk kedalam kata-kata yang harus kita dicermati dengan baik untuk mengerti maksud tulisannya. Judul-judul puisi yang saling berkaitan dapat tergambarkan jika pembaca memahami isi dari puisi-puisinya. Penyair yang menggambarkan hasrat romantika kehidupan dengan bahasa penulisan yang penuh dengan bayang-bayang begitu elegan. Kita boleh mengapresiasi berbagai puisi. Kumpulan puisi dari Aly D Musyrifah salah satu yang sangat fleksibel untuk menyentuh nurani dalam karya seni dibidang puisi. Celah berupa retakan disusun secara apik oleh Aly sebagai karya pamungkas pada buku kumpulan puisi ini.

Semoga kegiatan mencintai budaya melalui sastra atau bidang lainnya di perpustakaan dapat berlanjut. Sehingga membuat generasi bangsa semangat dalam berkarya. Hal ini juga menjadi cermin bagi lembaga perpustakaan lainnya sebagai pusat intelektual yang memberikan pelayanan informasi serta motivasi kepada pemustaka.


0 komentar:

Posting Komentar